Rabu, Januari 21, 2009

KUMPULAN PUISI REMAJA




NAFAS HUJAN



Nafas hujan yang gemetar
menyentuh lenganku. Kesepian cuaca
yang berlari menghidupkan patung
patung sepanjang jantungku. Sungai-sungai
kabut menyentuh kaki-kaki para pembuat
peta, menyimpan sebentuk perahu.
Seperti hari-hari percintaan yang kelak
jadi abu, seluruh rasa sakit mengimpikan
malaikat-malaikat purba berterbangan dalam
taifun. Tatapan-tatapan buta cecurut berjuntaian
di antara kegelapan dan guntur.

Jalan-jalan senyap laut meluap,
membesatkan nafsu. Seekor kunang-kunang
melayang di dataran bulan dan hancur.
Keperihan membisikkan kata-kata baru,
menciptakan labirin kebisuan dan
dentum. Aku serap dongeng-dongeng
retakan tanah, wujud-wujud keremajaan
pelacur memasuki daerah-daerah terlarang
yang didengungkan embun. Aku memekik.
Percumbuan-percumbuan kupu-kupu mengaburkan
seratus mata belatung.


Seluruh teror membangun kubah
kubah samun musim hujan, tapi seteguk
kesengsaraan bulan yang jernih menyayat urat
syarafku. Kesunyian terjaga dari setiap tidur,
iman benda-benda dan pengkhianatan
bertumpuk. Aku rasakan kesunyian,
pengetahuanku raib, menjelma sobekan
sobekan daun. Kerinduan adalah sukma-sukma
muram iklim yang menanti pembunuhan keduanya
serupa waktu. Bertahun-tahun dalam lubuk
cerlang bintang, keterasinganku mencuri roh
burung-burung. Berabad-abad siulan-siulan kilat
meledak, meneguhkan seratus shalat shalawat ajalku.

by Yesi Mersita 9b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar