Sabtu, Februari 14, 2009


VALENTINE'S DAY DIMATA ISLAM


Tidak selayaknya bagi kaum muslim meniru ritual agama lain yang tidak ada dasarnya dalam Islam.Kalau Allah dan Rosulnya mengatakan tidak maka haram untuk itu.Valentine's Day jelas-jelas ritual yang berada diluar koridor Syariat Islam yang terbimbing lurus.Peringatan inipun tak ubahnya dengan Hari Natal.Seorang pakar ulama Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Alutssai Minromhimahullohu bahwa hukum memperingati Valentine's Day adalah HARAM,karena alasan-alasan sebagai berikut:
1.Ia merupakan hari bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya didalam Syariat Islam.
2.Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan yang seperti ini yang bertentangan dengan petunjuk para salif shalih,maka tidak halal melakukan hari raya itu baik bentuk makan-makan,minum-minum,berpakaian,saling bertukar hadiah,dan lain-lain.Hendaknya setiap musli bangga dengan agamanya,tidak menjadi orang yang tidak punya pegangan dan ikut-ikutan.
Valentine's Day berasal dari budaya SYIRIK karena kata Valentine berasal dari bahasa latin yang berarti "YANG MAHA PERKASA,YANG MAHA KUAT,dan MAHA KUASA".Disadari atau tidak ketika meminta orang menjadi "to be my valentine"berarti meminta orang menjadi YANG MAHA KUASA jelas perbuatan itu meruppakan suatu kesyirikan yang besar.Valentine's Day adalah bagian dari syiar agama Nasrani dan dipakai simbol oleh agama Nasrani.Dengan kita memperingati hari Valentine's Day berarti kita mempopulerkan ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam.


Bersumber dari:
http://www.mii.fmipa.ugm.ac.id
http://ais.blogsome.com
http://al-islahonline.com
http://waqqash.blogspot.com

Yesi Mersita
9b
Dari ketiga narasumber yaitu http://rokok.komunikasi.org ,http://id.wikipedia.org ,dan Dari ketiga narasumber yaitu http://rokok.komunikasi.org ,http://id.wikipedia.org ,dan http://kompas.com da pat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. .Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung(walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan kecanduan, disamping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema. Pihak-pihak yang pro dan kontra tentang persoalan rokok diimbau untuk duduk bersama dan mencari titik temu bagaimana mengendalikan dampak penggunaan rokok, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan. Rokok di samping ada unsur kenikmatan, juga ada unsur merusak kesehatanSampai saat ini Pemerintah Indonesia belum juga meratifikasi Kerangka KonvensiPengendalianTembaka (Framework Convention on Tobacco Control/FCTC. Menurut catatan Kompas, Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI Abdillah Ahsan pernah menyatakan, kontribusi industri rokok hanya 1,3 persen dari total produk domestik bruto. Menurut hasil studi ekonomi tembakau di Indonesia, jika tarif cukai tembakau dinaikkan sampai 57 persen akan mencegah 2,4 juta kematian akibat rokok dan menambah pendapatan negara Rp 50,1 triliun.
by:DAVENTRY CIPTA SARI(TUGAS ARTIKEL DENGAN TEMA SAINS TENTANG KESEHATAN)

ARTIKEL AGAMA TENTANG BERPUASA

Berpuasa di bulan suci Ramadhan perlu beberapa persiapan, baik persiapan fisik,mental dan tak lupa niat kita tentunya.Sementara itu,SHAUM adalah benteng umat yang taqwa dari melanggar syariat Allah dan Rasul-Nya.
1. Berbukalah dengan minuman/makanan ringan yang manis-manis sebagai sumber energi, mengingat kadar gula yang turun selama puasa.
2. Tetap lakukan olah raga ringan selama puasa. Teratur berolahraga dapat membuat tubuh menjadi bugar sekaligus menghilangkan stres yang merupakan salahsatu faktor pemicu timbulnya sakit maag.
3. Biasakan untuk tidak langsung tidur/berbaring segera setelah makan sahur karena makanan akan sulit turun ke organ-organ pencernaan. Kondisi ini bisa membuat asam lambung naik yang dapat menyebabkan kita terasa mual dan ingin muntah.
4. Sementara hindari dulu minuman yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung, seperti minuman ringan bersoda, susu, kopi dan makanan seperti sayur kol, sawi, nangka dan buah-buahan yang dikeringkan.
Adapun tips lahir batin berpuasa yaitu:
1. Jangan Tinggalkan Sahur
2. Jangan Tunda Berbuka
3. Makanlah Secara Bertahap
4. Jangan Tinggalkan Olahraga
5. Konsumsi Cukup Air
6. Kendalikan Emosi
7. Tidurlah setelah shalat tarawih.
8. Biasakan mengerjakan shalat sunah,contohnya duha.
9. Saat berbuka puasa,sebaiknya mulailah dengan menikmati minuman hangat dan makanan ringan seperti kolak dan setup.
Menurut Rasulullah.saw,berpuasa itu harus benar-benar di hayati dan tidak hanya mengerjakannya saja.Karena puasa Ramadhan itu merupakan kewajiban bagi setiap umat islam,barang siapa yang meninggalkannya maka akan mendapat dosa.Tapi,barang siapa yang melaksanakannya maka akan mendapatkan pahala.



Bersumber dari:(http:cafepojok.com,majalah health today,& majalah Manajemen Qolbu)
Oleh:Rimalati.R

Kamis, Februari 12, 2009

sejarah patimura

SEJARAH PATIMURA DIPALSUKAN OLEH

NEGARA INDONESIA "

=============================================

Sejarah THOMAS MATULESY atau PATIMURA sangat terkenal dalam sejarah Maluku , tetapi sayang dibalik sayang dipalsukan oleh SEJARAH INDONESIA menurut pemikiran orang(2) JAWA dan INDO .



Peperangan yang pertama adalah SILIHATA yang dikepalai oleh LESAAMA - LELEHUE - MAOKY dari pulau SERAM menentang kaum penjajah PORTOGIS dan BELANDA untuk mempertahankan DATI PUSAKA MALUKU ALIFURU . Pertahanan ini TIDAK DAPAT dikalahkan oleh penjajah , sehingga Portogis mencari jalan dengan siasat/ taktik damai melalui agama , sesudah itu , mereka menangkap /menahan beberapa anak Alifuru dan dijadikan sebagai anak(2) angkat Portogis , seperti de Fretes , de Lima , de Costa , dan de Quelgue dan lain(2)nya .

Sebenarnya mereka(2) ini adalah anak(2) asli dari keturunan URUMESENG dari NUSA-INA ( SERAM ) datang ke NUSA-INA-ANAI ( AMBOINA / AMBON ) . Maka melalui anak(2) angkat ini , Portogis memakai mereka ini dengan suatu siasat untuk mengadakan hubungan dengan UPU-AMA-LATU -PATI-WASI ( Bapa raja hutan ) untuk dapat menangkap semua penguasa(2) DATI PUSAKA bangsa Maluku ALIFURU di gunung / hutan .



Dari sejarah ini , muncul / timbullah harsrat , keinginan serta martabat sebagai seorang anak ALIFURU untuk menentang penipuan , perampas(2) hak(2) milik yang dinamakan DATI PUSAKA bangsa Maluku / Alifuru .



Sementara politik Portogis ini berjalan melalui anak(2) angkat untuk menguasai wilayah Kerajaan besar NUNUSAKU maka Portogis sendiri mempunyai suatu rencana jahat untuk dapat menguasai semua perdagangan hasil(2) bumi Maluku yang terkenal dengan REMPAH(2) , CENGKEH , PALA dan semua hasil laut serta alam Maluku.



Oleh karena perdagangan REMPAH(2) ini sudah terkenal didunia khususnya di EROPA , maka datanglah bangsa(2) lain seperti Belanda , maka terjadilah suatu peperangan besar yang namanya perang " HONGI " , antara POTOGIS dan BELANDA sehingga menimbulkan pengorbanan bagi anak(2) bangsa Maluku Alifuru .



Dengan adanya peperangan ini , maka Belanda juga meniru taktik / strategi Portogis yaitu untuk menguasai kekuasaan dan perdagangan dibumi Maluku dengan suatu siasat yang sama " ANAK ANGKAT " , yaitu seperti van hauten , hogendorof , jansen , crikof , hendriks dan lain(2)nya . Maka dengan segala tipu daya dari kaum penjajah Portogis dan Belanda inilah , mengakibatkan suatu PERANG SAUDARA GANDONG antara anak(2) angkat pro Portogis dan anak(2) angkat pro Belanda .

Dari siasat kolonial / penjajah Portogis dan Belanda inilah yang terus dipakai oleh penjajah INDONESIA -JAWA yang selama ini ; memperkosa , memalsukan , sejarah yang benar, bersih dan suci . Inilah sebagai suatu contoh kepada semua anak(2) bangsa Maluku / Alifuru dibumi ciptaan ALLAH bagi yang SARANI maupun SALAM .



Maka timbullah kesadaran ini oleh pimpinan LOHASAMA-MATULESY -KAPITAN PATI MURA -AMA - KABARESI satu(2)nya dari tentara Portogis menentang penjajahan Belanda untuk BANGSA MALUKU ALIFURU bukan untuk bangsa INDO atau INDONESIA -JAWA .



ekha 9bhe

HAK DAN KEWAJIBAN WANITA MUSLIM

Tidak benar bila dikatakan ajaran Islam menindas dan merendahkan kaum wanita, berbias gender dan tuduhan-tuduhan negatif lainnya. Al-Qur'an dan as-Sunnah telah membantah tuduhan tersebut melalui beberapa ayat dan hadist. Justru sebaliknya, Islam telah mengangkat dan menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita pada posisi yang semestinya, selaras dengan fitrahnya.

Perempuan harus berjilbab, boleh tidak sholat dan berpuasa ketika sedang haidh dan nifas, memiliki ketentuan khusus dalam berkarier, dan sebagainya. Ketentuan itu semua tidak lain untuk memuliakan keberadaan wanita dan menjaga fitrahnya.

Tidakkah Anda melihat adanya perbedaan yang nyata pada fisik wanita dan pria? Begitulah Allah membedakan penciptaan wanita dan pria sehingga menjadi seimbanglah antara hak dan kewajiban masing-masing.

Risalah yang ada di tangan Anda ini berisi bimbingan bagi Muslimah seputar masalah-masalah kewanitaan serta hak dan kewajiban wanita sesuai dengan fitrahnya, seperti hijab (jilbab), sufur (membuka aurat), khalwah (berduaan di tempat sepi), tabarruj (bersolek), dan ikhtilath (berbaur antara pria dan wanita yang bukan mahram). Di samping itu, risalah ini dilengkapi juga dengan fatwa-fatwa seputar masalah penggabungan pria dan wanita dalam proses belajar mengajar, aktivitas wanita di luar rumah, hukum haidh, hukum nifas, hukum istihadhah, hukum aborsi, dan lain sebagainya. Semua bahasan di dalam risalah ini diulas berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah.

Semoga risalah ini bermanfaat dan dapat membimbing setiap wanita agar menjadi Muslimah sejati, tanpa harus merasa direndahkan.

sumber : www. zemoza.com
oleh : siti farihah u.h
Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, dalam bahasa Arab قُرْآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)
Terminologi

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
Nama-nama lain Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192) Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
An-Nur (cahaya): QS(4:174)
Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
Struktur dan pembagian Al-Qur'an
Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah
Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan YunusAl Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf

Penurunan Al-Qur'an

Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
3. An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4. Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS
Terjemahan dalam bahasa Inggris
1. The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
2. The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1. Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2. Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
3. Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4. Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
6. Al-Amin (bahasa Sunda)
Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.
Adab Terhadap Al-Qur'an
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79) Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.
Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen

sri yuniarsih
Kisah Pembangunan Ka’bah dan Peletakan Hajar Aswad

Ketika Rasulullah berusia tiga puluh lima tahun, beliau belum diangkat oleh Allah sebagai seorang nabi. Waktu itu kota Makkah dilanda banjir besar yang meluap sampai ke Masjidil Haram. Orang-orang Quraisy menjadi khawatir banjir ini akan dapat meruntuhkan Ka’bah.Selain itu, bangunan Ka’bah dulunya belumlah beratap. Tingginya pun hanya sembilan hasta. Ini menyebabkan orang begitu mudah untuk memanjatnya dan mencuri barang-barang berharga yang ada di dalamnya.Oleh karena itu bangsa Quraisy akhirnya sepakat untuk memperbaiki bangunan Ka’bah tersebut dengan terlebih dahulu merobohkannya.Untuk perbaikan Ka’bah ini, orang-orang Quraisy hanya menggunakan harta yang baik-baik saja. Mereka tidak menerima harta dari hasil melacur, riba dan hasil perampasan.Di awal-awal perbaikan, pada awalnya mereka masih takut untuk merobohkan Ka’bah. Akhirnya salah seorang dari mereka yang bernama Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy bangkit mengawali perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Al-Walid, orang-orang Quraisy pun mulai ikut merobohkan Ka’bah sampai ke bagian rukun Ibrahim.Mereka kemudian membagi sudut-sudut Ka’bah dan mengkhususkan setiap kabilah dengan bagian-bagiannya sendiri. Pembangunan kembali Ka’bah ini dipimpin oleh seorang arsitek dari bangsa Romawi yang bernama Baqum.Rasulullah ikut Membangun
Rasulullah sendiri ikut bersama-sama yang lain membangun kabah. Beliau bergabung bersama paman beliau Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau mengambil batu-batu, Abbas menyarankan kepada beliau untuk mengangkat jubah beliau hingga di atas lutut. Namun Allah menakdirkan agar aurat beliau senantiasa tertutup, sehingga belum sempat beliau mengangkat jubahnya, beliau jatuh terjerembab ke tanah.Beliau kemudian memandang ke atas langit sambil berkata, “Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku”. Setelah itu aurat beliau tidaklah pernah terlihat lagi.
Peletakan Hajar Aswad
Sebelum kita lanjutkan kisah ini, tahukah kalian apa itu hajar aswad?Hajar Aswad adalah sebuah batu yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari surga. Dulu batu itu berwarna putih, namun karena dosa-dosa anak Adam, maka batu itu pun berubah menjadi berwarna hitam.Nah, ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Mereka berselisih sampai empat atau lima hari. Perselisihan ini bahkan hampir menyebabkan pertumpahan darah.Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui ide ini.Allah subhanahu wa ta’ala kemudian menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat pintu masjid adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang Quraisy pun ridha dengan diri beliau sebagai penentu keputusan dalam permasalahan tersebut.Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Bagaimana jalan keluarnya?Beliau mengambil selembar selendang. Kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut.Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah.
Akhir Pembangunan Ka’bah
Bangsa Quraisy akhirnya kehabisan dana dari penghasilan baik-baik yang mereka kumpulkan. Mereka akhirnya menyisakan bangunan Ka’bah di bagian utara seukuran enam hasta yang kemudian disebut Al-Hijir atau Al-Hathim.Mereka juga membuat pintu Ka’bah lebih tinggi daripada permukaan tanah. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.Ka’bah pun selesai dibangun kembali. Tingginya sekarang lima belas meter, panjang sisinya di bagian Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. Hajar aswad sendiri diletakkan satu setengah meter dari lantai. Adapun sisi yang lain panjangnya dua belas meter. Pintu Ka’bah diletakkan dua meter dari permukaan tanah. (*)

daventry c.s.

sejarah islam di indonesia

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA


Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

(Bersambung)
By:TIYA MARDI
<
Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad Rasulullah saw. wafat. Keempat kholifah tersebut ialah:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
2. Umar bin Kaththab ra.;
3. Utsman bin Affan ra.; dan
4. Ali bin Abi Thalib ra.
Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.
A. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra (11-13 H/632-634)
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat.
Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”. (HR. Bukhori) Sampai saat ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.
Todaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya ketika dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, “Saya bukan orang yang terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”
Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah meredam pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orang-orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad Rosulullah saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orang-orang yang mengaku nabi, antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan Syam.
Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an. Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan pelaksanaannya di percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:
1. Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-orang murtad;
2. Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;
3. Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.
Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi.
Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.
B. Umar bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)
Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia.” (H.R. Bukhori)
Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.” Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah takwilnya?” Nabi saw. menerangkan, “Kualitas keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)
Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:
1. Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
2. Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum kalian jadikan kebiasa dan
3. Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri penyebabnya.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al Qur-an.
Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”
Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :
1. Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
2. Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6. Penghapusan perbudakan;
7. Pembangunan sekolah-sekolah;
8. Kodifikasi Al-Quran;
9. Tradisi sholat tarawih berjamaah;
C. Utsman bin Affan ra. (23-35 H/644-656 M)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)
Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw. dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin Affan ra. untuk jihad fisabilillah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada yang merugikan ibnu Affan atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)
Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.
Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.
D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40 H/656-661 M)
Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.
Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama terjadilah Perang Waq’atul Jamali (penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan.

yesi mersita

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER

Komputer yang kita gunakan sekarang ini tidak serta merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang dalam evolusinya. Hal ihwal munculnya komputer mungkin dapat dilihat dalam kilas balik sejarah sejak digunakannya Abacus, Pascaline, Arithometer, Babbage’s Folly dan Hollerith. Kesemuanya masih berbentuk mesin sepenuhnya tanpa tenaga listrik. Ukuran dan kerumitan strukturnya berdasarkan atas tingkat pengoperasian perhitungan yang dilakukan. Barulah pada tahun 1940, era baru komputer elektrik dimulai sejak ditemukannya komputer elektrik yang menerapkan sistem aljabar Boolean. Perkembangan teknologi komputer yang dijabarkan di bawah ini di bagi atas empat generasi berdasarkan atas komponen-komponen yang digunakannya, mulai dari yang berukuran “big” hingga mikro yang sejalan juga dengan kerumitan komponennya.

Sumber : www.forumsains.com
oleh : Wulan ensari

TUHAN DIMATA PARA ILMUWAN

Para ilmuwan dianggap memiliki Tuhan yang berbeda dari kaum teolog. Seperti apakah Tuhan mereka?

Semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Ungkapan semacam ini sering dilontarkan para ilmuwan yang berubah menjadi pendakwah agama. Dr. Imaduddin Abdul Rahim (fisika) dan Dr Dadang Hawari (kedokteran) adalah contohnya.

Dalam beberapa kesempatan ceramahnya di televisi, Bang Imad, panggilan Dr Imaduddin, memberikan contoh banyaknya ilmuwan yang kembali ke spiritualitas. Salah satu contoh favoritnya adalah Albert Einstein, yang menurut dia tetap mempertahankan agama kendati sibuk memecahkan persoalan-persoalan ilmiah.

Begitu juga Dadang Hawari yang sering menyebut nama Dr Maurice Bucaile, ilmuwan asal Perancis yang tertarik terhadap Islam karena mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama.

Benarkah para ilmuwan berkecenderungan demikian? Jika Anda buka literatur fisika, mungkin Anda akan kecewa. Karena, terlalu banyak tokoh-tokoh ilmuwan yang ternyata ateis, atau paling kurang agnostis terhadap persoalan-persoalan metafisika.

Sebutlah Steven Weinberg, Carl Sagan, Roger Penros, Richard Feynman, dan Stephen Hawking. Tokoh-tokoh ini adalah fisikawan sejati yang banyak menelurkan karya dan teori ilmiah. Simaklah apa kata mereka tentang Tuhan!

"Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," tulis Carl Sagan dalam Cosmos, karya monumentalnya. "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," ungkap Steven Weinberg, peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979.

Begitulah, bagi para ilmuwan itu, teori ledakan besar (big bang), teori yang paling dekat kaitannya dengan penciptaan, hampir tak menyisakan ruang buat Tuhan untuk berkarya. "Semuanya berjalan menurut hukum fisika yang rumit dan sempurna," tulis seorang fisikawan.

Jalan Pikiran Tuhan
Benarkah para ilmuwan seradikal itu dalam memandang Tuhan? Jawabannya, mungkin ya mungkin tidak. Jika Anda percaya pada sebuah penelitian di AS tahun lalu, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis dan agnostik (Newsweek, 27/7).

Tapi jika melihat sebuah konferensi tentang agama dan ilmu pengetahuan yang digelar di AS bulan lalu, para ilmuwan adalah manusia-manusia "beriman" dan, dalam beberapa hal, percaya dengan kebenaran agama. "Jika Anda menyadari bahwa hukum alam telah melahirkan jagat raya yang begitu teratur, maka hal itu pastilah tidak terjadi semata-mata karena kebetulan. Tapi mesti ada tujuan di balik itu semua," kata John Polkinghorne, ahli fisika yang kini menjadi pendakwah Gereja Anglikan.

Pendapat senada juga diungkapkan Charles Townes, peraih Nobel pada 1964 yang juga hadir dalam konferensi tersebut, "Banyak orang merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang mahapintar di balik kehebatan hukum alam."

Sekitar 300 ilmuwan yang hadir dalam konferensi tersebut memang tidak semuanya percaya kepada Tuhan. Namun, mereka memiliki konsepsi tersendiri tentang Tuhan. John Barrow, misalnya, menganggap adanya ruang buat spiritualitas dalam setiap kajian keilmiahan. Padahal, fisikawan Inggris yang dianggap terbesar setelah Stephen Hawking itu selama ini dikenal kurang peduli terhadap agama.

Para ilmuwan memang memiliki konsepsi tersendiri tentang Tuhan. Tuhan mereka, seperti dikatakan banyak pengamat agama, tidaklah terpersonalisasi seperti yang diajarkan para teolog. Karenanya Dr Karlina Leksono, astronom Indonesia yang kini mengajar filsafat di UI, keberatan kalau orang seperti Stephen Hawking dikategorikan sebagai ilmuwan yang ateis. "Dia bukan ateis, tapi sedikit agnostik," katanya dalam suatu kesempatan kepada UMMAT.

Sifat agnostik Hawking diperlihatkan dalam tulisan-tulisannya yang agak keras mengkritik Tuhan para teolog. Kendati demikian, ia meyakini keberadaan Tuhan, dan mempercayai bahwa dengan kosmologi yang dibangunnya, suatu saat, ia bisa melihat jalan pikiran Tuhan (the mind of God).

Persoalannya barangkali, mampukah ilmu pengetahuan itu menyingkap Tuhan? Para ilmuwan yang beriman meyakini bahwa ilmu pengetahuan, kendati tak secara langsung membawa para ilmuwan ke hadapan Tuhan, bisa menggiring mereka ke arah itu. "Kendati sains tak dapat membuktikan eksistensi Tuhan, ia dapat membisikkan kepada ilmuwan di mana jejak-jejak Tuhan itu bisa dicari," ujar seorang ilmuwan.

Para ilmuwan "ateis" sendiri tak terlalu memperdulikan apakah Tuhan itu ada atau tidak, dan apakah ilmu pengetahuan bisa atau tidak mengungkapnya. Namun, mereka sepakat dengan kaum beriman bahwa tujuan agama dan sains kedua-duanya sama, yakni mencari kebenaran sejati di dunia ini.

Luthfi Assyaukanie
Tulisan ini diambil dari majalah Ummat, No. 5 Thn. IV, 10 Agustus 1998/16 Rabiul Akhir 1419 H.

SUMBER: http://media.isnet.org/islam/Etc/TuhanIlmuwan.html

BY: RIZKA UTAMI 9B

SEJARAH KOTA BANDUNG

SEJARAH KOTA BANDUNG
1488 - Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran.
1799 - VOC mengalami kebangkrutan sehingga wilayah kekuasaannya di Nusantara diambilalih oleh pemerintah Belanda. Saat itu Bandung dipimpin oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah II.
1808 - Belanda mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara setelah ditinggalkan VOC.
1809 - Bupati memerintahkan pemindahan ibu kota dari Karapyak ke daerah pinggiran Sungai Cikapundung (alun-alun sekarang) yang waktu itu masih hutan tapi sudah ada permukiman di sebelah utara.
1810 - Daendels menancapkan tongkat di pinggir sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung.
25 Mei 1810 - Daendels meminta bupati Bandung dan Parakanmuncang memindahkan ibukota ke wilayah tersebut.
25 September 1810 - Daendels mengeluarkan surat keputusan pindahnya ibu kota Bandung dan sekaligus pengangkatan Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang. Sejak peristiwa tersebut 25 September dijadikan sebagai hari jadi kota Bandung dan R.A. Wiranatakusumah sebagai the founding father. Sekarang nama tersebut diabadikan menggantikan jalan Cipaganti, di mana wilayah ini menjadi rumah tinggal bupati sewaktu ibu kota berpindah ke alun-alun sekarang.
24 Maret 1946 - Pembumihangusan Bandung oleh para pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan 'Bandung Lautan Api' dan diabadikan dalam lagu "Halo-Halo Bandung".
1955 - Konferensi Asia-Afrika diadakan pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama "Concordia" yang berlokasi di Jl. Asia Afrika, berseberangan dengan hotel Savoy Homann.
2005 - KTT Asia-Afrika 2005
Pada tahun 2006 Bandung mendapatkan predikat kota terkotor dari pemerintah, hal ini bertalian erat dengan status darurat sampah yang sempat terjadi di Bandung pada tahun tersebut.



OLEH: SITI HANDAYANI 9B

ISLAM SEBAGAI RAHMAT UNTUK SELURUH ALAM

Islam Sebagai Rahmat Untuk Seluruh Alam

Oleh : Al Ustadz Muhammad Umar As Sewwed




Kalimat "negara Islam" telah menjadi momok yang menakutkan, terutama sejak dipaksakannya rekayasa sejarah yang mendiskreditkan Islam dan gerakan Islam. Digambarkan betapa seramnya hukum Islam jika diterapkan, betapa sadisnya hukum rajam dan potong tangan dan seterusnya. Ditambah lagi dengan gerakan-gerakan bid'ah yang berjihad tanpa ilmu, yang menambah rusaknya gambaran Islam di mata awam. Yang akibatnya orang awam dan non-Islam mengira gerakan jihad identik dengan terorisme, perampokan, penjarahan, dan seterusnya.



Akhirnya Islamophobia menjalar di masyarakat, bahkan orang-orang yang berstatus Muslim pun takut kalau hukum Islam diterapkan di Indonesia Raya ini. Padahal kalau mereka mau melihat Islam dari sumbernya yang asli dari Qur'an dan Sunnah, dengan pemahaman generasi-generasi terbaik yang dipuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shalallahu Alaihi Wa Sallam, maka mereka akan dapati Islam adalah rahmat dan kasih sayang untuk seluruh alam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala ciptakan syariat ini dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala utus Rasul-Nya Shalallahu Alaihi Wa Sallam adalah sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada seluruh manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :



"Tidaklah Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." (Al-Anbiya: 107)


Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu berkata tentang ayat ini :



"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari adzab di dunia, seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu." (Tafsir Ibnu Katsir 3/222)


NINA 9BBBHE

SEJARAH NABI IBRAHIM DAN NABI ISMAIL

Assalamu Alaikum Wr.Wb,


Ini dalam pengamatan atas beberapa sejarah tentang batu Hajar Aswad, Demi menyadari umat umat Islam maupun non Islam. Menurut riwayat, sejak Batu Hajar Aswad semula berwarna putih dan digunakan di bumi sehingga berubah menjadi hitam. Kemungkinan karena mulainya dosa dibuat oleh makhluk adalah Adam&Hawa atau anak lelaki mereka. Seperti dijelaskan bahwa Allah memerintah Ibrahim menyuruh Ismail mencari batu Hajar Aswad. Karena sulit ditemukan batu Hajar Aswad di pegunungan tinggi, sehingga dibantu oleh malaikat untuk memberi batu hajar Aswad. Sejarah Batu hajar Aswad Putih di mana sudah dijelaskan para website Islam bahwa Batu Hajar Aswad dari Surga, batu Hajar Aswad diciptakan dari tanah spt diciptakan pada Adam&Hawa di Surga.



Membangun ajakan keimanan dalam sembahan di RUMAH Allah dan dari perintahNya membangun tempat Kabah setelah di situ lokasi rumah kemah Adam dulunya sebelum diterjang oleh bencana banjir oleh Nabi Nuh. Rumah kemah Adam lah sangat diramai ramai oleh saudara saudara di masa lalu. Ini sudah dijelaskan sejarah.

Walaupun diperintahNya untuk melaksanakan berbagai perintahNya. Di sela sela menuju tempat penyembelihan kurban, Nabi Ibrahim dan Ismail melempar lempar batu batu kerikil pada Iblis.

Pelemparan batu batu kerikil pada Iblis, membuktikan Nabi Ibrahim&Ismail tetap mempertahankan pelaksanaan berbagai perintahNya. Allah lah memerintah Nabi Ibrahim menyuruh Nabi Ismail mencari batu Hajar Aswad. Tidak benar bila ada umat non mengira batu Hajar Aswad diberi oleh Iblis. Padahal perintahNya memerintah Nabi Ibrahim&Ismail. Sudah dibuktikan oleh Kitab Al quran, dan kitab lainnya. Beberapa kitab sendiri membicarakan kenabian Ibrahim&Ismail.

Karena diperintahNya untuk menaruh batu hajar Aswad di Kabah, Rumah Allah, kemudian dibangun rumah Allah untuk aktivitas Peribadahan masyarakat Islam. Sudah dibuktikan dari sejarah sejarah kebenaran. Sesungguhnya batu Hajar Aswad tidak dapat disamakin dengan patung patung berbentuk hidup/berhala atau binatang.

Nabi Ibrahim&Ismail memang membangun tempat Ibadah yang diperuntukan untuk masyarakat beragama ISLAM. Kita seharusnya mengetahui semuanya bahwa kebenaran menurut fakta fakta terletak pada Nabi Ibrahim&Ismail untuk membuktikan Islam yang agama benar karena pembangunan Kabah lah diperintahNya dulu.



Itu sudah dijelaskan berkali kali oleh sejarah Islam dan fakta fakta telah dijaga sejak lama.. Kami tidak pernah menyembah batu, Terhadap Kabah, kami sebagai umat Islam hanya bersembahyang dan berdoa pada Allah Tuhan yang tidak berwujud.

Al quran sudah banyak mengajak sembahan dan takwa kepadaNya Tuhan yang benar. Tidak ada disebut sebutkan batu hitam disembah di dalam Al quran. Batu mati itu hanya dapat ditaruh di mana Rumah Allah, digunakan untuk Ibadah. Dalam penjelasan akan datang hari kiamat, sesungguhnya semua umat perlu bertakwa kepadaNya atas kehidupan di dunia ini. Berdoa dan pelajari berbagai bentuk dosa terjadi di dunia dengan bersembahyang kepadaNya. Berdoa dan pelajari perbuatan umat umat dari berbagai bentuk dosa terjadi dialami oleh nenek moyang dulu di dunia dengan bersembahyang kepadaNya.



Tidak ada tertera di dalam Al quran atau beberapa riwayat Islam bahwa Batu Hajar Aswad telah didapat dari hujan meteor sebab hanya diketahui hanyalah satu Batu Hajar Aswad. Telah dijelaskan bahwa perintahNya untuk mencari batu Hajar Aswad sehingga bantuan malaikat berwujud manusia ganteng.

Warna batu hitam menunjukkan mudahnya terjadi dosa dosa dari umat umat manusia dalam bentuk perasaan dan nafsu. Marilah kita saling memaafkan dan memperbaiki diri dalam kekurangan umat umat selama ini.


Tidak tertutup kemungkinan bila masyarakat Islam telah memegang kitab suci paling terakhir di dunia.Inilah sejarah patut dapat disadari oleh umat umat dunia.

May Allah bleesing us all,May Allah bleesing us all, Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful
Semoga bermanfaaat,

Wassalam Alaikum Wr.Wb,

Sumber: http://www.geocities.com/hutan007/IbrahimIsmail.html
Tgl: 12 Februari 2009

Oleh : Nuril Adila

ISLAM di INDONESIA

Organisasi-Organisasi Islam di Indonesia

Di Indonesia ada banyak sekali organisasi sosial dan keagamaan Islam. Dari sekian banyak organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah organisasi-organisasi yang paling besar.



Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditionalis, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Pesantren adalah sekolah agama Islam yang dikelola oleh para kiai NU, dan biasanya menyediakan penginapan bagi murid-muridnya. Pesantren pada umumnya mengajarkan cara membaca dan menulis Al-Quran dalam bahasa Arab, menghapal ayat-ayat suci Al-Quran, pelajaran agama Islam lainnya, dan juga ilmu dan pengetahuan umum.



Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, dengan keanggotaannya sekitar 30 juta. Seringkali dikategorikan sebagai Islam modernis, Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.



Desi 9bhe

Sejarah Dakwah Nabi Ibrahim

Dialah Ibrohim bin Tarikh alias Azar. Beliau dilahirkan di daerah Babil (Iraq). Alloh telah memberikan kecerdikan dan petunjuk kepada beliau semenjak masih muda. Membimbing dan mengangkat beliau sebagai Rosul dan Kekasih-Nya semasa tua.

Hijrah ke Palestina
Suatu ketika, tibalah hari pernikahan beliau dengan seorang wanita bernama Sarah. Tak lama setelah itu, orang tua beliau mengajak hijrah ke Negeri Palestina. Dalam perjalanannya menuju Palestina, mereka singgah di daerah Harran (Syiria) yang konon mayoritas penduduknya penyembah bintang yang berjumlah tujuh. Ucapan dan perbuatan mereka tak sepi dari pemujaan kepada bintang-bintang tersebut. Entah keyakinan apa yang mereka anut. Yang jelas, mereka melakukannya dengan menghadapkan wajah ke arah kutub utara.


Mulai Berdakwah
Tak tahan melihat itu, Nabi Ibrohim datang mendakwahi mereka. Di antara seruan beliau yang diabadikan dalam al-Qur’an:

Dan ingatlah Ibrohim. Tatkala ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah Alloh dan bertakwalah kepada-Nya. Itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Alloh itu adalah berhala, dan kalian juga berbuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Alloh itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian. Mintalah rezeki itu kepada Alloh dan sembahlah Dia saja. Bersyukurlah kepada-Nya, hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan.” (QS. al-Ankabut [29]: 16-17)

Dengan sebab dakwah Nabi Ibrohim inilah, Alloh menghilangkan kesyirikan dan kemungkaran di atas permukaan bumi. Walaupun saat itu orang yang beriman hanyalah Nabi Ibrohim, istri (Sarah) dan keponakannya, Luth. (1)

________________________________
(1) Yang pada akhirnya, beliau Luth diangkat menjadi Rosul.

Keteguhan Nabi Ibrohim Mendakwahi Bapaknya
Sasaran dakwah Nabi Ibrohim yang pertama adalah bapaknya. Selain karena orang terdekat, bapaknya termasuk penyembah berhala yang tulen. Beliau menyatakan:

Ingatlah ketika Nabi Ibrohim berkata pada Bapaknya, “Wahai Bapakku, kenapa engkau menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat, juga tidak bisa menolongmu sedikit pun. Wahai Bapakku, sungguh telah datang kepadaku pengetahuan yang belum datang kepadamu. Karena itu, ikutilah aku. Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Bapakku, janganlah engkau menyembah setan, sebab ia (setan itu) telah durhaka kepada Dzat yang Maha Pemurah. Wahai Bapakku, sesungguhnya aku khawatir adzab dari yang Maha Pemurah akan menimpamu. Maka menjadilah engkau kawan setan.” (QS. Maryam [19]: 42-45)

Namun, ajakan Nabi Ibrohim itu ditanggapi sebelah mata oleh bapaknya. Padahal beliau menggunakan bahasa yang halus lagi sopan karena menghormatinya sebagai orang tua. Beliau tidak mengatakan, “Wahai bapakku aku adalah orang yang lebih tahu darimu dan engkau adalah orang yang bodoh, yang tak punya ilmu sedikit pun.”

Tidak cukup hanya menolak dakwah beliau saja, Azar, Bapak Nabi Ibrohim malah memarahi dan berusaha mengusir beliau. Bahkan mengancam akan membunuh beliau jika tidak berhenti dari mencela sesembahannya dan berdakwah untuk menyembah hanya kepada Alloh saja. Ia tak mau meninggalkan tradisi nenek moyangnya yang sudah turun-temurun mereka lakukan itu.

Dengan penuh kesabaran disertai rasa iba, beliau tidak membalas hardikan bapaknya itu dengan celaan apa pun, apalagi menandinginya dengan ancaman serupa. Malah, beliau memberi harapan kepada bapaknya akan senantiasa memintakan petunjuk dan ampunan kepada Alloh atas kesyirikan yang ia lakukan. Namun jerih payah Nabi Ibrohim tersebut tidak membawa hasil sedikit pun. Bapaknya tetap keras kepala dan tak mau meninggalkan tradisinya itu.

Nabi Ibrohim Mulai Mengambil Sikap
Dari sini, jelaslah bahwa bapaknya benar-benar telah menjadi musuh Alloh karena perbuatan syirik itu. Maka, berhentilah Nabi Ibrohim dari usahanya memintakan petunjuk dan ampunan dan berlepas diri darinya. Alloh juga mulai melarang Nabi Ibrohim melakukan perbuatan itu karena bapaknya telah mati di atas kesyirikan. Telah jelas dan tidak bisa disangkal ia akan menjadi penghuni neraka.
Dalam sebuah hadits dari Abu Huroiroh, Rosululloh mengabarkan:

يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ ، فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لاَ تَعْصِنِى فَيَقُولُ أَبُوهُ فَالْيَوْمَ لاَ أَعْصِيكَ . فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ يَا رَبِّ ، إِنَّكَ وَعَدْتَنِى أَنْ لاَ تُخْزِيَنِى يَوْمَ يُبْعَثُونَ ، فَأَىُّ خِزْىٍ أَخْزَى مِنْ أَبِى الأَبْعَدِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى إِنِّى حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ ، ثُمَّ يُقَالُ يَا إِبْرَاهِيمُ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ ، فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِى النَّار
Pada hari kiamat kelak Nabi Ibrohim akan menemui bapaknya, Azar. Pada wajah Azar terdapat bekas-bekas kotoran berwarna hitam karena asap dan debu. Maka Nabi Ibrohim berkata kepadanya, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu jangan engkau menyelisihiku?!” Maka bapaknya menjawab, “Sekarang aku tidak akan menyelisihimu.” Lalu Nabi Ibrohim berkata, “Ya Alloh, sesungguhnya engkau telah menjanjikan kepadaku bahwa engkau tidak akan menghinakanku di hari manusia dibangkitkan. Maka kehinaan manakah yang lebih parah dari keberadaan bapakku yang jauh dari rohmat-Mu?” Maka Alloh berfirman, “Sesungguhnya Aku telah haramkan surga untuk orang kafir.” Kemudian dikatakan lagi kepada beliau, “Wahai Ibrohim, lihatlah apa yang ada di bawah kedua kakimu.” Lalu beliau melihatnya. Tiba-tiba saja beliau melihat ada seekor serigala yang berbulu lebat, berlumuran darah dan sudah membusuk (jelmaan dari bapaknya). Lalu keempat kaki serigala itu dipegang dan dilempar ke neraka. (HR. Bukhori 3350)

Sejarah Nabi Muhammad SAW

I. ARAB PRA-ISLAM

Sumber peradaban pertama - 1; Laut Tengah dan Laut Merah - 2; Agama-agama Kristen dan Majusi - 3; Bizantium pewaris Rumawi - 4; Sekta-sekta Kristen dan pertentangannya - 4; Majusi Persia di Jazirah Arab - 6; Antara dua kekuatan - 7; Letak geografis Semenanjung Arab - 7; Tidak dikenal, selain Yaman - 8; Raja sahara - 8; Lalu lintas kafilah 9; Kekuatan Persia di Yaman - 9; Yaman dan peradabannya - 10; Judaisma dan Kristen di Yaman -11; Sebabnya Jazirah bertahan pada paganisma 18.
Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3, Bagian 4

II. MEKAH KA'BAH DAN QURAISY


Letak Mekah - 24; Ibrahim dan Ismail - 24; Kisah penyembelihan dan penebusan - 26; Zamzam - 29; Perkawinan Ismail dengan Jurhum - 29; Pembangunan Ka'bah - 32; Mekah di bawah Jurhum - 35; Qushayy dan anak-anaknya - 38; Mekah di tangan Qushayy - 38; Hasyim dan Abd'l-Muttalib - 39; Tugas-tugas duniawi dan agama di Mekah - 39; Berziarah ke Mekah - 42; Abdullah bin Abd'l-Muttalib - 43; Kisah penebusannya - 43; Kisah Abraha dan gajah - 45.
Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3, Bagian 4

III. MUHAMMAD: DARI KELAHIRAN SAMPAI PERKAWINANNYA
Perawakan dan sifat-sifat Muhammad - 75; Penduduk Mekah membangun Ka'bah - 77; Putusan Muhammad tentang Hajar Aswad - 78; Pemikir-pemikir Quraisy dan Paganisma - 80; Putera-puteri Muhammad - 81; Kematian putera-puterinya - 82; Perkawinan puteri-puterinya - 83; Kecenderungan Muhammad menyendiri - 85; Menjauhi dosa ke Gua Hira - 86; Mimpi Hakiki - 88; Wahyu pertama - 89.
Bagian 1, Bagian 2



VI. CERITA GHARANIQ
Cerita ini biasanya digunakan oleh ahli-ahli non-Islam untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an pernah tercemari oleh ayat-ayat setan. Haekal menjelaskan secara bagus didalam argumentasinya:
Kembalinya mereka yang hijrah ke Abisinia - Gharaniq yang luhur - Orientalis-orientalis bertahan pada cerita ini - Pegangan mereka dalam hal ini - Lemahnya pegangan tersebut - Cerita yang nyata-nyata dusta ini dibantah oleh penyelidikan ilmiah




VlI. PERBUATAN-PERBUATAN QURAISY YANG KEJI


Umar mengumumkan keislamanannya dan Muslimin beribadat di Ka'bah - 139; Piagam pemboikotan - 139; Upaya-upaya Quraisy memerangi Muhammad - 140; Alat propaganda - 140; Kefasihan yang mempesonakan - 142; Jabr orang Nasrani - 143; Tufail ad-Adausi - 144; Delegasi Nasrani - 145; Terpengaruhnya Quraisy pada ajakan yang baru - 146; Kekuatiran-kekuatiran Quraisy: persaingan - 149; Kehilangan kedudukan di Mekah - 150; Hari kebangkitan - 151; Beberapa perbandingan - 156.
Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3




VIII. DARI PELANGGARAN PIAGAM SAMPAI KEPADA ISRA'

Muslimin lari dari Mekah ke celah-celah gunung - 159; Tidak bergaul dengan orang kecuali dalam bulan-bulan suci - 159; Zuhair dan kawan-kawannya membatalkan piagam - 160; Abu Talib dan Khadijah wafat - 163; Gangguan Quraisy kepada Muhammad - 165; Kepergian Muhammad ke Ta'if dan penolakan Thaqif - 166; Menikah dengan Aisyah puteri Abu Bakr dan janda Sauda - 169; Isra' dan Mi'raj - 169.
Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3


IX. IKRAR 'AQABA
Kabilah-kabilah menolak Muhammad secara kasar - 181; Tanda kemenangan dari arah Yathrib - 182; Hubungan Yahudi dengan Aus dan Khazraj - 182; Beberapa orang Yathrib masuk Islam - 184; Perang Bu'ath - 185; Ikrar 'Aqaba yang pertama - 187; Mush'ab b. 'Umair - 188; Kembali ke Mekah sesudah setahun - 188; Orang-orang Islam dari Yathrib - 184; Ikrar 'Aqaba yang kedua - 190; Beritanya di kalangan Quraisy - 193; Muhammad mengijinkan Muslimin Mekah hijrah ke Yathrib - 195 ; Komplotan Quraisy mau membunuh Muhammad - 196.
Bagian 1, Bagian 2

X. IKRAR 'AQABA
Kabilah-kabilah menolak Muhammad secara kasar - 181; Tanda kemenangan dari arah Yathrib - 182; Hubungan Yahudi dengan Aus dan Khazraj - 182; Beberapa orang Yathrib masuk Islam - 184; Perang Bu'ath - 185; Ikrar 'Aqaba yang pertama - 187; Mush'ab b. 'Umair - 188; Kembali ke Mekah sesudah setahun - 188; Orang-orang Islam dari Yathrib - 184; Ikrar 'Aqaba yang kedua - 190; Beritanya di kalangan Quraisy - 193; Muhammad mengijinkan Muslimin Mekah hijrah ke Yathrib - 195 ; Komplotan Quraisy mau membunuh Muhammad - 196.
Bagian 1, Bagian 2







BY..EGIT PRIATNA

Maulid nabi Muhammad Saw

Maulid Nabi Muhammad Saw

Bulan ini, tepatnya pada tanggal 4 Juni 2001, adalah tepat 12 Rabi-Al-Awwal 1442H pada penanggalan Islam (Hijriah). Pada hari tersebut, Nabi junjungan kita Muhammad dilahirkan. Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau beserta keluarga dan sahabatnya.

Hari tersebut, di Indonesia dikenal dengan Maulid Nabi (Milad an Nabi). Maulid Nabi memang bukan hari besar Islam kalau dilihat dari pandangan al Quran dan Hadis. Juga, Nabi sendiri pun tidak menganjurkan harinya diperingati. Tetapi, merujuk pada sejarah, di era kekhalifan juga pernah diadakan peringatan kelahiran Nabi . Untuk itu, sebagai penghormatan, pada hari itulah, kita setidaknya mengingat hari lahirnya Nabi yang kita cintai. Seseorang yang diberi hidayah Allah sebagai penerang dengan membawa ajaran hinggan akhir jaman.

Di kehidupan masa kini, kita telah mafhum dan mengenal berbagai macam peringatan hari-hari, baik itu hari kenegaraan (nasional) seperti Hari Kemerdekaan, mungkin juga hari Ulang Tahun perusahaan tempat kita bekerja, dan juga sangat banyak yang memperingati hari Ulang Tahun diri sendiri. Peringatan itu tidak harus mewah, besar, dengan mengundang puluhan hingga ratusan orang. Banyak pula yang sekedar merenung, mengulang seluruh kegiatan, baik kegiatan bangsa, kegiatan di perusahaan, atau juga seluruh pekerjaan yang telah dilakukan selama setahun. Dan seluruh renungan itu tidak haram, karena dengan merenung dan mengevaluasi segala pekerjaan kita, kita menjadi manusia yang selalu ingat. Dan apa karunia bagi orang yang ingat? Yaitu diberikan penerang dan hidayah baginya.

Oleh karena itu, sebagai suatu momen penting 12 Rabiul Awwal H, seperti di kampung-kampung, bahkan dijadikan sebagai hari penting---dan Indonesia sendiri pun menjadikan tanggal tersebut sebagai hari libur nasional. Harapan kita, di hari libur itu, juga hari-hari selanjut, bulan selanjut, dan di seluruh hidup kita selanjutnya, kita seterusnya dapat meneladani dan menyikapi hidup kita berdasarkan apa yang diajarkan dan dicontohkan Sang Nabi Kekasih Allah Swt.

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-A'raa 7:157)

Wassalam.
from: R. yosa .P

AGAMA ISLAM SEBENARNYA

penjelasan tentang agama yang sebenarnya


Dalam bahasa Arab, perkataan "Islam" bermaksud "tunduk" atau "patuh". Jika seorang Muslim ditanya, "Apakah itu Islam?", biasanya dia akan menjawab, "Agama yang tunduk kepada Allah, satu-satu Tuhan yang benar.
Jawapan ini terlalu ringkas. Untuk memahami Islam yang benar, satu gambaran yang jelas yang diperlukan. Untuk mendapat gambaran yang jelas ini, satu penelitian sejarah diperlukan.
Islam Dalam Sejarah


Sebelum Islam bertapak di tanah Arab di bawah pimpinan Muhammad, terdapat empat jenis kepercayaan yang berpengaruh di sana.



Arab Jahiliah


Mereka ini penyembah-penyembah berhala yang percaya kepada satu Tuhan yang Maha Tinggi, dewa-dewi dan berbagai jenis kuasa ghaib. Walaupun begitu, sebilangan besar daripada mereka (terutamanya bani Quraisy di Mekah) mengaku diri mereka dari keturunan Ibrahim.


Rumah berhala mereka yang terkenal ialah Kaabah yang bertempat di Mekah. Di dalamnya terdapat berbagai objek-objek pujaan dan berhala.



Yahudi


Pada zaman Muhammad, terdapat ramai orang Yahudi di tanah Arab. Sebilangan besar dari mereka bukan Yahudi sejati melainkan yang telah memeluk agama Yahudi. Menurut Yaqubi, bani Yahudi Quazah dan Nadhir di Madinah merupakan suku-bangsa Arab Jurham yang telah diyahudikan.


Orang Yahudi pada masa itu lebih berpengetahuan tentang dongeng rakyat dan tulisan ulama mereka daripada apa yang sebenarnya di tulis dalam Taurat. Malah, ada yang telah lupa bahasa asal mereka dan tidak dapat lagi membaca kitab Taurat yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Kerana ulama-ulama Yahudi sahaja yang memahami kitab Taurat, ayat-ayat dari kitab itu terpaksa diterjemahkan secara spontan ke dalam bahasa Arab dalam upacara-upacara sembahyang umum.



Kristian


Orang yang pertama menjadi Kristian ialah orang Yahudi. Mereka berbeza dengan orang Yahudi lain kerana menerima Isa sebagai Al-Masih yang telah dijanjikan Allah. Apabila semakin ramai orang bukan-Yahudi memeluk agama Kristian, mereka mula membentuk identiti mereka sendiri. Pada zaman Muhammad, orang Kristian telah wujud selama enam ratus tahun. Dalam masa yang singkat itu, agama Kristian berjaya menjadi agama utama di Timur Tengah.


Akan tetapi orang Kristian pada masa itu telah pudar semangat dan banyak ajaran-ajaran sesat telah berjaya memecahbelahkan penduduk Kristian kepada kelompok-kelompok yang bertentangan fahaman. Ramai orang keliru tentang fahaman Kristian yang benar terutamanya mereka yang tidak berpeluang membaca Alkitab (gabungan kitab Taurat, Mazmur dan Injil) untuk mengkaji isu-isu yang diperdebatkan.


Suasana ini merebak ke tanah Arab yang pada masa itu tidak memiliki Alkitab dalam bahasa Arab. Orang Kristian di tanah Arab pada masa itu terdiri dari golongan Nestoria, Baizantin dan Monofisit. Golongan Baizantin dan Monofisit merupakan dua golongan paling berpengaruh dan merekalah yang menimbulkan perbalahan apabila memanggil Maryam, Ibu Tuhan. Maka tidak hairanlah jika suasana seperti itu telah menghalang Muhammad daripada mendapatkan ajaran Kristian yang benar.


Akhirnya, penyebaran ajaran-ajaran sesat ini dapat disekat dan dibetulkan. Prosesnya mengambil masa yang lama kerana campur tangan berbagai pihak yang berkuasa. Apabila umat Kristian berjaya bangkit dari kemelut akidah yang telah memecahbelahkan mereka, Islam telah pun bertapak di Timur Tengah dan Afrika Utara.



Hanif


Perkataan Hanif bermaksud "Dia yang berpaling" iaitu daripada penyembahan berhala. Orang Hanif ialah orang Arab Jahiliah yang telah dipengaruhi oleh fahaman Yahudi dan Kristian lalu mereka menolak amalan penyembahan berhala. Mereka tidak berjemaah tetapi percaya agama yang benar ialah agama yang dipegang bapa bangsa mereka, Ibrahim.


Agama Yahudi, Kristian dan Islam masing-masing menuntut mewakili agama Ibrahim yang sebenar. Adalah menarik bahawa dari empat Hanif yang diceritakan oleh Ibn Ishaq, tiga daripada mereka menemui kebenaran yang dicari-cari mereka dalam agama Kristian.


Hanif yang pertama ialah Waraqah bin Naufal, sepupu Khatijah, isteri pertama Muhammad. Dia memeluk agama Kristian dan menjadi seorang Kristian yang terpelajar. Walaupun dia adalah saudara dan penasihat rohani Muhammad, dia tidak pernah memeluk agama Islam. Selepas kematiannya, Muhammad telah bermimpi melihat Waraqah berpakaian putih dan mengambilnya sebagai tanda Waraqah selamat di syurga.


Hanif kedua ialah Abdullah bin Jashy. Pada mulanya dia memeluk agama Islam tetapi kemudiannya memeluk agama Kristian setelah berhijrah ke Habsyah akibat penganiayaan di Mekah. Abdullah selalu bersaksi kepada pelarian Islam yang lain tentang pengalaman rohaninya yang baru itu. Dia pernah berkata, "Kami (Kristian) melihat dengan jelas tetapi kamu (Islam) mengerdip mata sahaja." Maksudnya jelas – Abdullah percaya bahawa orang kristian mempunyai pandangan yang jelas dalam hal-hal rohani manakala Islam masih belum berjaya melihat terang kebenaran Allah.


Hanif yang ketiga ialah Usman bin Huarith. Dia merupakan saudara isteri pertama Muhammad dan memeluk agama Kristian semasa di Baizantin.


Hanif yang keempat, Zaid bin Amru, tetap Hanif sampai akhir hayatnya. Dikatakan dia selalu berdoa, "Ya Allah. Jika aku tahu jalan mana yang paling Engkau berkenan, aku akan menyembah-Mu dengannya. Tetapi aku tidak tahu."


Sebelum kerasulannya, Muhammad merupakan seorang Hanif. Pada setiap tahun, di bulan Ramadan, dia akan pergi bertapa di Gua Hira yang berdekatan dengan Mekah. Amalan ini sebenarnya berasal daripada orang Kristian di Syria yang kemudiannya menjadi popular di kalangan orang Arab.


Mengikut ajaran Islam, kenabian Muhammad bermula pada satu malam pada bulan Ramadan apabila dia terdengar satu suara menyuruh dia "mengucap" (yakni ayat-ayat Al-Quran yang bakal diturunkan kepadanya). Suara ini didengarnya ketika dia sedang bertapa di Gua Hira. Apabila dia mempertimbangkan kata-kata tersebut, malaikat Jibrail telah menjelma dan memberitahunya, "Muhammad! Engkaulah rasul Allah."


Pada mulanya Muhammad menyebarkan mesej Islam di kalangan orang Arab sahaja. Selepas dia berhijrah ke Madinah (yang banyak berpenduduk Yahudi), dia cuba memujuk orang Yahudi menerimanya sebagai seorang nabi setaraf nabi-nabi dalam kitab Taurat. Muhammad mengelar orang Yahudi dan Kristian "ahli-ahli kitab". Walaupun begitu, orang Yahudi menentang Muhammad dan menolak mesejnya. Mereka yakin kitab suci mereka tidak menyatakan apa-apa tentangnya. Sejak dari itu, Muhammad mula bermusuhan dengan mereka.


Apabila ditanya sama ada orang Islam orang Yahudi atau Kristian, Al-Quran mengarahkan orang Islam untuk memberi jawapan ini:


Berkata mereka itu: Beragama Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani, supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. Katakanlah: Kami telah beriman kepada Allah dan (Kitab) yang diturunkan kepada kami dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak-anaknya (begitu juga kepada kitab) yang diturunkan kepada Musa dan Isa, dan apa-apa yang telah diturunkan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, tiadalah kami perbezakan seorang juga di antara mereka itu dan kami patuh kepada Allah. Maka jika mereka beriman seperti keimanan kamu, sesungguhnya mereka mendapat petunjuk; tetapi jika mereka berpaling (tiada beriman seperti keimananmu), maka hanya mereka dalam perpecahan (dengan kamu); maka engkau akan dipeliharakan Allah dari kejahatan mereka, dan Dia Mahamendengar, lagi Mahamengetahui. (2 Surah Al-Baqarah ayat 135-137)


Apabila ayat-ayat ini yang dipandang dari sudut sejarah, maka jelaslah agama Islam merupakan satu panggilan untuk kembali kepada agama Ibrahim dan mesej nabi-nabi Allah. Apakah ini telah dilakukan penganut agama Islam? Apakah Islam hari ini mewakili agama Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub yang sebenar? Apakah kitab Musa dan Isa ditaati hari ini oleh pengikut Islam?


Agama Ibrahim


(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islamlah engkau! Jawabnya: Saya telah Islam(patuh mengikut) Tuhan semesta alam. (2 Surah Al-Baqarah ayat 131)


Siapakah yang terlebih baik agamanya dari orang yang menundukkan mukanya kepada Allah sedang ia berbuat kebaikan dan mengikut agama Ibrahim yang lurus? Allah telah mengangkat Ibrahim itu sebagai tolan (sahabat). (Surah An-Nissak ayat 125)


Agama Ibrahim ialah agama penundukan dan ketaatan kepada perintah-perintah Allah. Ibrahim menikmati banyak berkat kerana kejayaannya tunduk dan taat kepada Allah. Dia telah diberi anak yang soleh walaupun sudah berusia, anaknya ditebus Allah ketika Ibrahim patuh kepada arahan Allah (melalui mimpi) untuk menyembelih anaknya dan dia dijadikan imam bagi manusia. Akan tetapi berkat paling besar dialami Ibrahim ialah penghormatan menjadi sahabat Allah.


Bagaimana dengan anda hari ini? Apakah anda berjaya tunduk dan taat kepada perintah-perintah Allah Ibrahim, Ishaq dan Yaqub? Apakah berkat-berkat yang telah anda alami sebagai hasil kepatuhan ini? Apakah anda seorang sahabat Allah?


Mengapakah Allah berkenan kepada nenek moyang kita Ibrahim? Allah berkenan kepada Ibrahim kerana perbuatan Ibrahim, iaitu mempersembahkan Ishaq, anaknya di atas mezbah, sebagai persembahan kepada Allah. Kamu tidak nampakkah bahawa Ibrahim menunjukkan imannya dengan perbuatannya? Oleh itu, iman Ibrahim menjadi sempurna. Perkara itu sesuai dengan ayat Alkitab, "Ibrahim percaya kepada Allah, dan kerana imannya Allah menerima dia sebagai orang yang melakukan kehendak Allah." Itulah sebabnya Ibrahim disebut sahabat Allah. (Yakub bab 2 ayat 21-23)



EKKa 9bhy

agama islam

Islam (Arab: al-islām, الإسلام dengarkan: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia , menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

agama

Kesan Sains terhadap Keimanan
Umat Islam hari ini menghadapi masalah yang besar untuk meneruskan kelangsungan hidupnya kerana intipati kewujudan mereka yakni keimanan mereka kepada Allah telah tergugat dengan warna-warni kehidupan yang telah dihasilkan oleh perkembangan sains dan teknologi. Teknologi telah melonjakan industri muzik, perfileman, media massa dan pendidikan menjadi industri yang mendarah daging di dalam kehidupan manusia. Gugatan terhadap keimanan umat berlaku apabila industri ini dalam bentuk yang menyukakan umat telah menitiskan fahaman ateisme, pergaulan bebas, kemewahan yang melampau, keseronokan dan kebebasan daripada ikatan agama ke dalam pemikiran dan hati mereka. Hasilnya masalah keruntuhan akhlak di kalangan umat islam seperti perzinaan umpamanya bukanlah feneomena yang berlaku di bandar sahaja tetapi telah menular ke kawasan kampung dan pedalaman.

Suatu masa dahulu keimanan umat pernah digugat dengan kemasukan pemikiran Yunani hasil daripada pemikiran tokoh-tokoh mereka seperti Socrates dan Plato tentang alam dan ketuhanan ke dalam tamadun Islam. Oleh itu para ulama telah menyusun sifat 20 di dalam ilmu tauhid bagi menjelaskan sifat ketuhanan yang benar yang ada pada Allah SWT. Masalah yang sama dengan wajah yang agak berbeza berlaku pada hari ini di mana sains barat yang menggunakan kaedah emperikal telah menafikan kewujudan Allah di dalam kehidupan manusia sedangkan apa yang mereka kaji adalah bukti-bukti (ayat-ayat) kebesaran Allah.

Al-Qur'an

Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.

Bagian-bagian Al-Qur'an
Al-Qur'an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.

Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur'an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub' (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).

Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku'.
Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".

Sejarah Turunnya Al-Qur'an
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:

Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.

Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.

Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.

Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah Madaniyyah
Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,
Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs (wahai manusia), Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi), Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.

Ayat Al-Qur'an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat Al-'Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.

Kodifikasi Al-Qur'an
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.

Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur'an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur'an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur'an dari kesalahan dan kekeliruan.

Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur'an
Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur'an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa'ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka'b, Mu'az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.

Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'b, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.

Tulisan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur'an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat
by:andi_fathur 9b

MAKNA ISRA' MI'RAJ

SUMBER:
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Isra.html
BY:YOYOH ANDIYANI


Perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al-Quran disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa 'ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas) tanpa terbatas waktu atau ruang.

Kaum empirisis dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu, dapat saja menggugat: Bagaimana mungkin kecepatan, yang bahkan melebihi kecepatan cahaya, kecepatan yang merupakan batas kecepatan tertinggi dalam continuum empat dimensi ini, dapat terjadi? Bagaimana mungkin lingkungan material yang dilalui oleh Muhammad saw. tidak mengakibatkan gesekan-gesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri? Bagaimana mungkin beliau dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? Ini tidak mungkin terjadi, karena ia tidak sesuai dengan hukum-hukum alam, tidak dapat dijangkau oleh pancaindera, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika. Demikian kira-kira kilah mereka yang menolak peristiwa ini.

Memang, pendekatan yang paling tepat untuk memahaminya adalah pendekatan imaniy. Inilah yang ditempuh oleh Abu Bakar AlShiddiq, seperti tergambar dalam ucapannya: "Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya." Oleh sebab itu, uraian ini berusaha untuk memahami peristiwa tersebut melalui apa yang kita percayai kebenarannya berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh Al-Quran.

Salah satu hal yang menjadi pusat pembahasan Al-Quran adalah masa depan ruhani manusia demi mewujudkan keutuhannya. Uraian Al-Quran tentang Isra' dan Mi'raj merupakan salah satu cara pembuatan skema ruhani tersebut. Hal ini terbukti jelas melalui pengamatan terhadap sistematika dan kandungan Al-Quran, baik dalam bagian-bagiannya yang terbesar maupun dalam ayat-ayatnya yang terinci.

Tujuh bagian pertama Al-Quran membahas pertumbuhan jiwa manusia sebagai pribadi-pribadi yang secara kolektif membentuk umat.

Dalam bagian kedelapan sampai keempat belas, Al-Quran menekankan pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan masyarakat dan konsolidasinya. Tema bagian kelima belas mencapai klimaksnya dan tergambar pada pribadi yang telah mencapai tingkat tertinggi dari manusia seutuhnya, yakni al-insan al-kamil. Dan karena itu, peristiwa Isra' dan Mi'raj merupakan awal bagian ini, dan berkelanjutan hingga bagian kedua puluh satu, di mana kisah para rasul diuraikan dari sisi pandangan tersebut. Kemudian, masalah perkembangan ruhani manusia secara orang per orang diuraikan lebih lanjut sampai bagian ketiga puluh, dengan penjelasan tentang hubungan perkembangan tersebut dengan kehidupan masyarakat secara timbal-balik.

Kemudian, kalau kita melihat cakupan lebih kecil, maka ilmuwan-ilmuwan Al-Quran, sebagaimana ilmuwan-ilmuwan pelbagai disiplin ilmu, menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki pendahuluan yang mengantar atau menyebabkannya. Imam Al-Suyuthi berpendapat bahwa pengantar satu uraian dalam Al-Quran adalah uraian yang terdapat dalam surat sebelumnya.204 Sedangkan inti uraian satu surat dipahami dari nama surat tersebut, seperti dikatakan oleh Al-Biqai'i.205 Dengan demikian, maka pengantar uraian peristiwa Isra' adalah surat yang dinamai Tuhan dengan sebutan Al-Nahl, yang berarti lebah.

Mengapa lebah? Karena makhluk ini memiliki banyak keajaiban. Keajaibannya itu bukan hanya terlihat pada jenisnya, yang jantan dan betina, tetapi juga jenis yang bukan jantan dan bukan betina. Keajaibannya juga tidak hanya terlihat pada sarang-sarangnya yang tersusun dalam bentuk lubang-lubang yang sama bersegi enam dan diselubungi oleh selaput yang sangat halus menghalangi udara atau bakteri menyusup ke dalamnya, juga tidak hanya terletak pada khasiat madu yang dihasilkannya, yang menjadi makanan dan obat bagi sekian banyak penyakit. Keajaiban lebah mencakup itu semua, dan mencakup pula sistem kehidupannya yang penuh disiplin dan dedikasi di bawah pimpinan seekor "ratu". Lebah yang berstatus ratu ini pun memiliki keajaiban dan keistimewaan. Misalnya, bahwa sang ratu ini, karena rasa "malu" yang dimiliki dan dipeliharanya, telah menjadikannya enggan untuk mengadakan hubungan seksual dengan salah satu anggota masyarakatnya yang jumlahnya dapat mencapai sekitar tiga puluh ribu ekor. Di samping itu, keajaiban lebah juga tampak pada bentuk bahasa dan cara mereka berkomunikasi, yang dalam hal ini telah dipelajari secara mendalam oleh seorang ilmuwan Austria, Karl Van Fritch.

Lebah dipilih Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya agar menjadi pengantar keajaiban perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Lebah juga dipilih sebagai pengantar bagi bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya, manusia mukmin, menurut Rasul, adalah "bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah, seperti kembang yang semerbak; tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna, seperti madu yang dihasilkan lebah itu."

Dalam cakupan yang lebih kecil lagi, kita melontarkan pandangan kepada ayat pertama surat pengantar tersebut. Di sini Allah berfirman: Telah datang ketetapan Allah (Hari Kiamat). Oleh sebab itu janganlah kamu meminta agar disegerakan datangnya.

Dunia belum kiamat, mengapa Allah mengatakan kiamat telah datang? Al-Quran menyatakan "telah datang ketetapan Allah," mengapa dinyatakan-Nya juga "jangan meminta agar disegerakan datangnya"? Ini untuk memberi isyarat sekaligus pengantar bahwa Tuhan tidak mengenal waktu untuk mewujudkan sesuatu. Hari ini, esok, juga kemarin, adalah perhitungan manusia, perhitungan makhluk. Tuhan sama sekali tidak terikat kepadanya, sebab adalah Dia yang menguasai masa. Karenanya Dia tidak membutuhkan batasan untuk mewujudkan sesuatu. Dan hal ini ditegaskan-Nya dalam surat pengantar ini dengan kalimat: Maka perkataan Kami kepada sesuatu, apabila Kami menghendakinya, Kami hanya menyatakan kepadanya "kun" (jadilah), maka jadilah ia (QS 16:40).

Di sini terdapat dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, kenyataan ilmiah menunjukkan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem gerak yang lain. Benda padat membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan suara. Suara pun membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan cahaya. Hal ini mengantarkan para ilmuwan, filosof, dan agamawan untuk berkesimpulan bahwa, pada akhirnya, ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran apa pun yang dikehendaki-Nya. Sesuatu itulah yang kita namakan Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa.

Kedua, segala sesuatu, menurut ilmuwan, juga menurut Al-Quran, mempunyai sebab-sebab. Tetapi, apakah sebab-sebab tersebut yang mewujudkan sesuatu itu? Menurut ilmuwan, tidak. Demikian juga menurut Al-Quran. Apa yang diketahui oleh ilmuwan secara pasti hanyalah sebab yang mendahului atau berbarengan dengan terjadinya sesuatu. Bila dinyatakan bahwa sebab itulah yang mewujudkan dan menciptakan sesuatu, muncul sederet keberatan ilmiah dan filosofis.

Bahwa sebab mendahului sesuatu, itu benar. Namun kedahuluan ini tidaklah dapat dijadikan dasar bahwa ialah yang mewujudkannya. "Cahaya yang terlihat sebelum terdengar suatu dentuman meriam bukanlah penyebab suara tersebut dan bukan pula penyebab telontarnya peluru," kata David Hume. "Ayam yang selalu berkokok sebelum terbit fajar bukanlah penyebab terbitnya fajar," kata Al-Ghazali jauh sebelum David Hume lahir. "Bergeraknya sesuatu dari A ke B, kemudian dari B ke C, dan dari C ke D, tidaklah dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa pergerakannya dari B ke C adalah akibat pergerakannya dari A ke B," demikian kata Isaac Newton, sang penemu gaya gravitasi.

Kalau demikian, apa yang dinamakan hukum-hukum alam tiada lain kecuali "a summary o f statistical averages" (ikhtisar dari rerata statistik). Sehingga, sebagaimana dinyatakan oleh Pierce, ahli ilmu alam, apa yang kita namakan "kebetulan" dewasa ini, adalah mungkin merupakan suatu proses terjadinya suatu kebiasaan atau hukum alam. Bahkan Einstein, lebih tegas lagi, menyatakan bahwa semua apa yang terjadi diwujudkan oleh "superior reasoning power" (kekuatan nalar yang superior). Atau, menurut bahasa Al-Quran, "Al-'Aziz Al-'Alim", Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Inilah yang ditegaskan oleh Tuhan dalam surat pengantar peristiwa Isra' dan Mi'raj itu dengan firman-Nya: Kepada Allah saja tunduk segala apa yang di langit dan di bumi, termasuk binatang-binatang melata, juga malaikat, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan mereka melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (QS 16:49-50).

Pengantar berikutnya yang Tuhan berikan adalah: Janganlah meminta untuk tergesa-gesa. Sayangnya, manusia bertabiat tergesa-gesa, seperti ditegaskan Tuhan ketika menceritakan peristiwa Isra' ini, Adalah manusia bertabiat tergesa-gesa (QS 17:11). Ketergesa-gesaan inilah yang antara lain menjadikannya tidak dapat membedakan antara: (a) yang mustahil menurut akal dengan yang mustahil menurut kebiasaan, (b) yang bertentangan dengan akal dengan yang tidak atau belum dimengerti oleh akal, dan (c) yang rasional dan irasional dengan yang suprarasional.

Dari segi lain, dalam kumpulan ayat-ayat yang mengantarkan uraian Al-Quran tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, dalam surat Isra' sendiri, berulang kali ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut. Simaklah ayat-ayat berikut: Dia (Allah) menciptakan apa-apa (makhluk) yang kamu tidak mengetahuinya (QS 16:8); Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS 16:74); dan Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit (QS 17:85); dan banyak lagi lainnya. Itulah sebabnya, ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya: Dan janganlah kamu mengambil satu sikap (baik berupa ucapan maupun tindakan) yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut; karena sesungguhnya pendengaran, mata, dan hati, kesemuanya itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban (QS 17:36).

Apa yang ditegaskan oleh Al-Quran tentang keterbatasan pengetahuan manusia ini diakui oleh para ilmuwan pada abad ke-20. Schwart, seorang pakar matematika kenamaan Prancis, menyatakan: "Fisika abad ke-19 berbangga diri dengan kemampuannya menghakimi segenap problem kehidupan, bahkan sampai kepada sajak pun. Sedangkan fisika abad ke-20 ini yakin benar bahwa ia tidak sepenuhnya tahu segalanya, walaupun yang disebut materi sekalipun." Sementara itu, teori Black Holes menyatakan bahwa "pengetahuan manusia tentang alam hanyalah mencapai 3% saja, sedang 97% selebihnya di luar kemampuan manusia."

Kalau demikian, seandainya, sekali lagi seandainya, pengetahuan seseorang belum atau tidak sampai pada pemahaman secara ilmiah atas peristiwa Isra' dan Mi'raj ini; kalau betul demikian adanya dan sampai saat ini masih juga demikian, maka tentunya usaha atau tuntutan untuk membuktikannya secara "ilmiah" menjadi tidak ilmiah lagi. Ini tampak semakin jelas jika diingat bahwa asas filosofis dari ilmu pengetahuan adalah trial and error, yakni observasi dan eksperimentasi terhadap fenomena-fenomena alam yang berlaku di setiap tempat dan waktu, oleh siapa saja. Padahal, peristiwa Isra' dan Mi'raj hanya terjadi sekali saja. Artinya, terhadapnya tidak dapat dicoba, diamati dan dilakukan eksperimentasi.

Itulah sebabnya mengapa Kierkegaard, tokoh eksistensialisme, menyatakan: "Seseorang harus percaya bukan karena ia tahu, tetapi karena ia tidak tahu." Dan itu pula sebabnya, mengapa Immanuel Kant berkata: "Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hatiku untuk percaya." Dan itu pulalah sebabnya mengapa "oleh-oleh" yang dibawa Rasul dari perjalanan Isra' dan Mi'raj ini adalah kewajiban shalat; sebab shalat merupakan sarana terpenting guna menyucikan jiwa dan memelihara ruhani.

Kita percaya kepada Isra' dan Mi'raj, karena tiada perbedaan antara peristiwa yang terjadi sekali dan peristiwa yang terjadi berulang kali selama semua itu diciptakan serta berada di bawah kekuasaan dan pengaturan Tuhan Yang Mahaesa.

Sebelum Al-Quran mengakhiri pengantarnya tentang peristiwa ini, dan sebelum diungkapnya peristiwa ini, digambarkannya bagaimana kelak orang-orang yang tidak mempercayainya dan bagaimana pula sikap yang harus diambilnya. Allah berfirman: Bersabarlah wahai Muhammad; tiadalah kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati terhadap (keingkaran) mereka. Jangan pula kamu bersempit dada terhadap apa-apa yang mereka tipudayakan. Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang orang yang berbuat kebajikan. (QS 16:127-128). Inilah pengantar Al-Quran yang disampaikan sebelum diceritakannya peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Agaknya, yang lebih wajar untuk dipertanyakan bukannya bagaimana Isra' dan Mi 'raj terjadi, tetapi mengapa Isra' dan Mi 'raj.

Seperti yang telah dikemukakan pada awal uraian, Al-Quran, pada bagian kedelapan sampai bagian kelima belas, menguraikan dan menekankan pentingnya pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat beserta konsolidasinya. Ini mencapai klimaksnya pada bagian kelima belas atau surat ketujuh belas, yang tergambar pada pribadi hamba Allah yang di-isra'-kan ini, yaitu Muhammad saw., serta nilai-nilai yang diterapkannya dalam masyarakat beliau. Karena itu, dalam kelompok ayat yang menceritakan peristiwa ini (dalam surat Al-Isra'), ditemukan sekian banyak petunjuk untuk membina diri dan membangun masyarakat.

Pertama, ditemukan petunjuk untuk melaksanakan shalat lima waktu (pada ayat 78). Dan shalat ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, karena shalat pada hakikatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia, sebagaimana ia merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat yang diharapkan oleh manusia seutuhnya. Shalat dibutuhkan oleh pikiran dan akal manusia, karena ia merupakan pengejawantahan dari hubungannya dengan Tuhan, hubungan yang menggambarkan pengetahuannya tentang tata kerja alam raya ini, yang berjalan di bawah satu kesatuan sistem. Shalat juga menggambarkan tata inteligensia semesta yang total, yang sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan Yang Mahadahsyat dan Maha Mengetahui, Tuhan Yang Mahaesa. Dan bila demikian, maka tidaklah keliru bila dikatakan bahwa semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang tata kerja alam raya ini, akan semakin tekun dan khusyuk pula ia melaksanakan shalatnya.

Shalat juga merupakan kebutuhan jiwa. Karena, tidak seorang pun dalam perjalanan hidupnya yang tidak pernah mengharap atau merasa cemas. Hingga, pada akhirnya, sadar atau tidak, ia menyampaikan harapan dan keluhannya kepada Dia Yang Mahakuasa. Dan tentunya merupakan tanda kebejatan akhlak dan kerendahan moral, apabila seseorang datang menghadapkan dirinya kepada Tuhan hanya pada saat dirinya didesak oleh kebutuhannya.

Shalat juga dibutuhkan oleh masyarakat manusia, karena shalat, dalam pengertiannya yang luas, merupakan dasar-dasar pembangunan. Orang Romawi Kuno mencapai puncak keahlian dalam bidang arsitektur, yang hingga kini tetap mengagumkan para ahli, juga karena adanya dorongan tersebut. Karena itu, Alexis Carrel menyatakan: "Apabila pengabdian, shalat, dan doa yang tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, maka hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut." Dan, untuk diingat, Alexis Carrel bukanlah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan agama. Ia adalah seorang dokter yang telah dua kali menerima hadiah Nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja serta pencangkokannya. Dan, menurut Larouse Dictionary, Alexis Carrel dinyatakan sebagai satu pribadi yang pemikiran-pemikirannya secara mendasar akan berpengaruh pada penghujung abad XX ini.

Apa yang dinyatakan ilmuwan ini sejalan dengan penegasan Al-Quran yang ditemukan dalam pengantar uraiannya tentang peristiwa Isra' dalam surat Al-Nahl ayat 26. Di situ digambarkan pembangkangan satu kelompok masyarakat terhadap petunjuk Tuhan dan nasib mereka menurut ayat tersebut: Allah menghancurkan bangunan-bangunan mereka dari fondasinya, lalu atap bangunan itu menimpa mereka dari atas; dan datanglah siksaan kepada mereka dari arah yang mereka tidak duga (QS 16:26).

Kedua, petunjuk-petunjuk lain yang ditemukan dalam rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan peristiwa Isra' dan Mi'raj, dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur, antara lain adalah: Jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mereka menaati Allah untuk hidup dalam kesederhanaan), tetapi mereka durhaka; maka sudah sepantasnyalah berlaku terhadap mereka ketetapan Kami dan Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya (QS 17:16).

Ditekankan dalam surat ini bahwa "Sesungguhnya orang yang hidup berlebihan adalah saudara-saudara setan" (QS 17:27).

Dan karenanya, hendaklah setiap orang hidup dalam kesederhanaan dan keseimbangan: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu (pada lehermu dan sebaliknya), jangan pula kamu terlalu mengulurkannya, agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal (QS 17:29).

Bahkan, kesederhanaan yang dituntut bukan hanya dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang ibadah. Kesederhanaan dalam ibadah shalat misalnya, tidak hanya tergambar dari adanya pengurangan jumlah shalat dari lima puluh menjadi lima kali sehari, tetapi juga tergambar dalam petunjuk yang ditemukan di surat Al-Isra' ini juga, yakni yang berkenaan dengan suara ketika dilaksanakan shalat: Janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, tetapi carilah jalan tengah di antara keduanya (QS 17: 110).

Jalan tengah di antara keduanya ini berguna untuk dapat mencapai konsentrasi, pemahaman bacaan dan kekhusyukan. Di saat yang sama, shalat yang dilaksanakan dengan "jalan tengah" itu tidak mengakibatkan gangguan atau mengundang gangguan, baik gangguan tersebut kepada saudara sesama Muslim atau non-Muslim, yang mungkin sedang belajar, berzikir, atau mungkin sedang sakit, ataupun bayi-bayi yang sedang tidur nyenyak. Mengapa demikian? Karena, dalam kandungan ayat yang menceritakan peristiwa ini, Tuhan menekankan pentingnya persatuan masyarakat seluruhnya. Dengan demikian, masing-masing orang dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan dan bidangnya, tanpa mempersoalkan agama, keyakinan, dan keimanan orang lain. Ini sesuai dengan firman Allah:

Katakanlah wahai Muhammad, "Hendaklah tiap-tiap orang berkarya menurut bidang dan kemampuannya masing-masing." Tuhan lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS 17:84).
Akhirnya, sebelum uraian ini disudahi, ada baiknya dibacakan ayat terakhir dalam surat yang menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj ini: Katakanlah wahai Muhammad: "Percayalah kamu atau tidak usah percaya (keduanya sama bagi Tuhan)." Tetapi sesungguhnya mereka yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila disampaikan kepada mereka, maka mereka menyungkur atas muka mereka, sambil bersujud (QS 17: 107).

Itulah sebagian kecil dari petunjuk dan kesan yang dapat kami pahami, masing-masing dari surat pengantar uraian peristiwa Isra ; yakni surat Al-Nahl, dan surat Al-Isra' sendiri. Khusus dalam pemahaman tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj ini, semoga kita mampu menangkap gejala dan menyuarakan keyakinan tentang adanya ruh intelektualitas Yang Mahaagung, Tuhan Yang Mahaesa di alam semesta ini, serta mampu merumuskan kebutuhan umat manusia untuk memujaNya sekaligus mengabdi kepada-Nya.