Kamis, Februari 19, 2009

KERUSUHAN SEPAK BOLA NASIONAL

Sepak bola Nasional Indonesia selalu saja selalu dirundung masalah, dari mulai prestasi yang tidak berkembang, keributan dan kerusuhan oleh penonton dalam setiap pertandingan sepak bola, wasit yang tidak profesional, pemain yang selalu saja berkelahi sampai dengan pengurus persepakbolaan nasional yang juga saling berebut kekuasaan. Ada apa gerangan sampai begitu parah kondisi persepakbolaan kita. sudah di coba berbagai macam formula masih saja begitu... sedih khan... bagaimana solusinya kalau sudah begini.. apa dibubarkan saja PSSi.. tentu saja tidak dong... yang jelas kita harus pikirkan..pikirkan.. dan pikirkan bagaamana solusinya, agar kerusuhan tidak lagi terjadi, penonton bisa tertib seperti diluar negeri itu lho.... dan yang penting sepak bola indonesia bisa jaya..jaya..serta disegani di Dunia... bagaimana ya... ya bagaimana
Yang tapi persepakbolaan Indonesia sekarang telah berbeda, karena sekarang,
hampir tiap tahun selalu saja ada kerusuhan antara suporter-suporter.
Juga, tentang kepemimpinan beberapa (bahkan hampir semua!) wasit
Indonesia yang bisa disebut tidak layak sebagai wasit, karena ada yang
memihak tuan rumah, mungkin karena takut akan suporter tuan rumah???
Tak taulah, tapi memang itu yang sering terjadi, banyak sekali buktinya.
Contoh:kerusuhan-kerusuhan yang terjadi adalah bentrok antara ‘The Jack’
(suporter Persija Jakarta) dengan suporter Persota Tanggerang. Juga,
kita tentu masih ingat dengan suporter Persebaya Surabaya atau ‘Bonek’
pada beberapa tahun lalu yang menyebabkan kerusakan. Lalu, kita juga
tentu tak lupa dengan ‘Aremania’ suporter Arema Malang pada Liga
Indonesia musim lalu, ketika itu, salah satu Aremania memukul wasit
yang memimpin pertandingan sesaat setelah pertandingan usai. Tak hanya
sampai disitu, para Aremania sampai-sampai membakar gawang. Contoh
terbaru saat Persib Bandung melawan rival abadinya, Persija Jakarta,
tentunya atmosfer di lapangan maupun di stadion Siliwangi sangat
panas, sehingga stadion pun sesak dipenuhi penonton. Di pertandingan
itu, Persib kalah 2-3, tapi beberapa menit sebelum pertandingan
berakhir, para suporter Persib Bandung (oknum Viking atau bobotoh,
tapi bukan Viking) mengamuk, sehingga merusak pagar penghalang. Tapi,
itu semua tejadi karena kepemimpinan wasit yang tak adil, sehingga
membuat para suporter marah.Masih banyak contoh-contoh lainnya, terutama jika pertandingan itu tidak disiarkan secara langsung, para wasit yang tidak tegas itu bisa dengan leluasa bertindak semena-mena, karena merasa tak diawasi oleh Badan Liga Indoensia (BLI)dan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ini yang berbahaya!
Tetapi,sayangnya para wasit itu jarang sekali dikenai hukum oleh BLI, padahal
banyak wasit yang memimpin pertandingan dengan tudak benar dan tidak
tegas! Padahal, jika kita bandingkan dengan persepakbolaan di Eropa
contohnya, jika wasit tidak tegas, para wasit itu bisa dikenai hukuman.
Sungguh sangat berbeda dengan wasit di Indonesia. Bahkan, salah satu
pemain asing Persib Bandung, Rafael Alves Bastos, juga berbicara
tentang persepakbolaan Indonesia, menurutnya, sebenarnya permainan
sepakbola Indonesia bagus, hanya saja saat melihat wasit-wasit
Indonesia, dia mengatakan bahwa jika di negaranya (Brazil),
wasit seperti itu bisa dikenai hukum!Entahlah, entah sampai kapan keadaan ini berlangsung. Kita hanya bisa berdo’a agar persepakbolaan Indonesia dan para wasit wasitnya bisa lebih baik lagi. Kerusuhan sebenarnya bukan kali ini terjadi di sepak bola Indonesia. Sudah pernah terjadi dan berulang-ulang. Berbagai tindakan, meski di luar kebijakan PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola nasional, sudah digarap. Kelompok suporter, sebagian sudah mendapat pembinaan.Yang kurang terbina, dan ini yang membuat khalayak frustrasi, adalah PSSI itu sendiri. Bagaimana bisa sebuah organisasi sebesar PSSI dikendalikan seorang narapidana. Bagaimana bisa sebuah organisasi olahraga terbesar menggelar rapat-rapatnya di rumah tahanan Salemba. Bagaimana PSSI tak bersikap tatkala ketua umumnya jadi terpidana dan pengurus teras lainnya diduga terlibat skandal aliran dana Bank Indonesia ke DPR-RI.Dalam manajemen organisasi, PSSI menyikapi persoalan yang sama dengan cara pandang berbeda. Ketua Umum PSSI memiliki hak absolut untuk, misalnya, memaafkan dan memberi pengampunan, pemotongan hukuman, atas sanksi-sanksi yang sudah dijatuhkan lembaga yuridisnya, terhadap kesalahan yang dilakukan klub-klub anggotanya. Artinya, sanksi hukum yang dijatuhkan selama ini, sedikit pun tak memberikan efek jera.Dalam hal pengaturan kompetisi, Badan Liga Indonesia (BLI) juga terlihat tak profesional untuk mengatur kompetisi profesional. Mulai dari jadwal yang tak profesional, sehingga Indonesia untuk kedua kalinya berturut-turut tak mengikuti Liga Champions Asia, hingga perangkat pertandingan yang gampang dipengaruhi, bahkan mungkin juga disuap.Jadi? Jadi, kalau Adhyaksa memiliki keinginan ikut berperan memperbaiki sepak bola nasional, maka pemerintah harus bersikap memperbaiki, kalau perlu merevolusi manajemen organisasi dan tata kelola kompetisi. Mari bersihkan PSSI dari orang-orang yang tak layak mengurusnya, apalagi narapidana dan orang-orang dengan rekam jejak yang buruk.
http://www.inilah.com/berita/olahraga/2008/02/08/11176/bakar-lumbung-untuk-bunuh-tikus/
http://artikelher.blogspot.com/2006/09/kerusuhun-di-sepak-bola-nasional.html
http://firmanadfan.blog.friendster.com/tag/sepakbopla-nasional/
by:andi fatchur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar