Rabu, Februari 18, 2009

Anarkisme Sepakbola Ind.


Surabaya,9 Februari 2008
Jak mania sumber:www.google.com
Satu orang lagi korban tewas akibat kebrutalan dan anarkisme supporter fanatik Indonesia. Sungguh sangat ironis dan disayangkan ulah oknum sekelompok supporter yang terlalu fanatik dengan tim kesayangannya hingga membuahkan kebencian kepada kelompok atau supporter lainnya. entah sudah berapa kali bentrok antar supporter di negeri tercinta ini tidak dapat dihindarkan. semoga dengan kematian Fatchul salah seorang korban tewas supporter the Jack mania agar dijadikan titik balik pembaharuan dan penegakan sanksi hukum yang lebih tegas lagi terhadap anarkisme dan brutalisme.Kita semua Harusnya bisa mencari solusi dari hikmah kejadian ini. Mungkin anarkisme atau brutalisme di sepakbola ini muncul akibat kurang tegasnya penegak hukum di suma bidang yang berkaitan dalam hal olahraga yang seharusnya di landasi oleh sportifitas yang tinggi. Kita juga tidak bisa mengabaikan suara suara atau masukan untuk perbaikan kualitas wasit kita, beberapa kejadian kerusuhan terjadi karena pemahaman dan aplikasi peraturan tidak dijalankan dengan sempurna. Kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan wasit, karena di sisi lain memang para penonton ataupun supporter kita tidak pernah bisa dewasa menerima kekalahan timnya. sadarlah teman temanku supporter.. this is just the game… menang atau kalah itu pasti, yang menang tidak boleh jumawa dan merendahkan yang kalah, yang kalah harusnya koreksi diri. Kita juga tidak bisa menyalahkan supporter karena mereka terpancing emosinya karena ulah pemain timnya yang tidak bisa mengendalikan emosi. Kita pun harusnya mengkritik kebijakan PSSI ataupun BLI yang belum sepenuhnya melaksanakan aturan ataupun jadual yang telah dia buat sendiri dan dilanggar sendiri…

Bobotoh sumber: aingkumaha.blogspot.com
BATU, pecahan beton, dan botol minuman yang dilemparkan "bobotoh" berserakan di lapangan seusai pertandingan Liga Super Indonesia antara Persib dan Persija di Stadion Siliwangi, Bandung, Minggu (20/7) malam. ANDRI GURNITA/"PR"

KEBIASAAN buruk itu kembali berulang. Perilaku destruktif partisan sepak bola atau di tatar Parahyangan lazim disebut bobotoh kembali dipertontonkan pada partai kedua prolog Liga Super Indonesia (LSI) 2008, saat partai yang mempertemukan Persib "Maung Bandung" dengan seteru bebuyutannya, "Macan Kemayoran" Persija di Stadion Siliwangi Bandung, Minggu (20/7). Sebuah ironi memang, sebab sejatinya LSI yang hanya diikuti klub-klub sepak bola yang lolos "akreditasi" saja oleh PSSI itu, diarahkan demi semakin meningkatkan kualitas sepak bola di tanah air.

Kenyataannya, jangankan terjadi akselerasi peningkatan kualitas sepak bola nasional dari berbagai sudut, termasuk perilaku santun dan terhormat para pendukung sebuah tim, yang terjadi malah perilaku "usang", "kuno", dan "kampungan" sekelompok bobotoh tak bertanggung jawab. Apa pun alasannya, tindakan anarkistis dan merusak tak mungkin bisa diterima, termasuk membuat alasan bahwa itu disebabkan kepemimpinan wasit yang tidak adil.

Dalam sebuah pertandingan olah raga, termasuk sepak bola, kalah atau menang adalah hal biasa. Yang justru paling penting adalah nilai-nilai sportivitas, prinsip fair play, dan profesionalisme semua pihak, baik di dalam maupun luar lapangan.

Anarkisme pendukung sepak bola seakan sudah mendarah daging dalam sistem persepakbolaan nasional. Di tengah masih terengah-engahnya prestasi sepak bola di forum internasional, praktik kekerasan yang mewarnai pertandingan-pertandingan sepak bola domestik, semakin menenggelamkan wajah sepak bola nasional.

Opini sumber:bocahcilik.wordpress.com
Sudah tidak perlu lagi bertanya ke lembaga survei manapun, jika hanya untuk mengetahui tingkat kekerasan yang dilakukan masyarakat Indonesia beberapa waktu terakhir. Hari demi hari, silih berganti peristiwa kekerasan dipertontonkan oleh masyarakat kita. Setiap jam, setiap menit tidak lepas telinga kita mendengar, mata kita melihat, dan mulut-mulut yang tak henti-hentinya mengumbar setiap even kekerasan yang terjadi. Kamera tivi wartawan menjadi pengungkap semua itu. Dan mau tidak mau harus diakui bersama bahwa memang kita sedang sakit. Gila news heboh. Gila berita aneh. Gila segala-galanya.

Saya cukup mafhum dengan kejadian-kejadian yang sering terjadi menimpa sebagian besar masyarakat Indonesia. Dimana memang peran pemerintah yang seharusnya bisa optimal memanage kepentingan bersama tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dengan kebanyakan kinerja pegawai-pegawai pemetintahan yang seenaknya sendiri.
BY:IFAN FAJAR A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar